NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Jumat (14/10/2022) waktu setempat. Pergerakan harga minyak mentah dunia dipengaruhi oleh kekhawatiran akan resesi.
Mengutip CNBC, Kontrak Brent dan WTI bergejolak, dan selama sepekan mengalami penutunan 6,4 persen dan 7,6 persen dalam sepekan. Sementara itu, harga minyak anjlok lebih dari 3 persen pada hari Jumat karena kekhawatiran resesi global dan permintaan minyak yang lemah, terutama di China, usai pemotongan besar-besaran terhadap target pasokan negara pengekspor minyak atau OPEC+.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 2,94 dollar AS, atau 3,1 persen, menjadi menetap di 91,63 dollar AS per barrel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 3,50 dollar AS, atau 3,9 persen menjadi 85,61 dollar AS per barrel.
Inflasi inti AS mencatat kenaikan tahunan terbesar dalam 40 tahun, memperkuat pandangan bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi lebih lama dengan risiko resesi global. Keputusan suku bunga AS berikutnya akan jatuh tempo pada 1-2 November 2022 mendatang.
Baca juga: Dibayangi Inflasi, Harga Minyak Mentah Dunia Turun
Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago mengatakan, sentimen konsumen AS terus meningkat setelah bulan Oktober, tetapi ekspektasi inflasi rumah tangga sedikit memburuk.
"Dipandang sebagai sentimen negatif, kebijakan Fed terkait suku bunga mematahkan semangat konsumen dan memperlambat ekonomi lebih lanjut, dan itu menyebabkan kenaikan dollar AS dan tekanan ke pasar minyak," kata Phil Flynn.
Sementara itu, indeks dollar AS yang naik sekitar 0,8 persen, mengurangi permintaan minyak, karena membuat bahan bakar lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengungkapkan, pasokan minyak mentah AS pekan ini mengalami penambahan, di delapan rig minyak sehingga total minyak AS menjadi 610, tertinggi sejak Maret 2020.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Dunia Turun Tipis, Apa Sebabnya?
Sentimen dari China muncul, setelah negara importir minyak mentah terbesar di dunia ini menerapkan kebijakan zero Covid-19, selama libur sepekan. Kebijakan tersebut diyakini akan menurunkan jumlah kasus, yang sangat membebani kegiatan ekonomi, sekaligus dengan permintaan minyak.
Badan Energi Internasional (IEA) pada hari Kamis memangkas perkiraan permintaan minyaknya untuk tahun ini dan tahun depan. IEA juga memperingatkan potensi resesi global, dan pasar masih mencerna keputusan penurunan produksi 2 juta barrel per hari, oleh OPEC+.
IEA memperkirakan, kebijakan pemotongan produksi minyak tersebut mendorong bentrokan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat. IEA juga menilai, kurangnya produksi ini mungkin akan menjadi pemotongan 1 juta barrel per hari.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Dibayangi Kekhawatiran Resesi, Harga Minyak Dunia Sepekan Turun Lebih dari 6 Persen - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment