Rechercher dans ce blog

Tuesday, October 18, 2022

'Kehancuran Permintaan' Mengusik Harga Minyak - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia cenderung stagnan. Ini karena kekhawatiran atas inflasi dan biaya energi yang tinggi dapat membawa ekonomi global ke dalam resesi.

Sementara konsumen utama minyak dunia, China, melonggarkan kebijakan moneternya sehingga mampu meredam tekanan.

Pada perdagangan Senin (17/10/2022) harga minyak Brent turun tipis 0,01% menjadi US$91,62 per barel. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) turun 0,2% ke US$85,46 per barel.


"Inflasi AS tetap menjadi topik utama dan dengan The Fed akan menaikkan suku bunga setidaknya hingga tahun depan, ada kekhawatiran bahwa kehancuran permintaan akan meningkat," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan inflasi telah menjadi perusak dan sulit untuk ditahan. Ini menjadi acuan untuk menaikkan suku bunga yang lebih besar dari 75 basis poin.

Inflasi Amerika Serikat tetap berada di posisi tinggi dan jauh dari target bank sentral, The Federal Reserves/The Fed yakni 2% akibat tingginya harga minyak mentah dunia.

Di sisi lain bank sentral China tetap mempertahankan suku bunga utama sebagai tanda bahwa kebijakan moneter tetap longgar.

Beijing juga akan meningkatkan kapasitas pasokan energi domestik dan meningkatkan pengendalian risiko pada komoditas utama termasuk batu bara, minyak, gas, dan listrik, kata seorang pejabat senior Administrasi Energi Nasional.

Kebijakan yang longgar diperuntukkan sebagai pendorong ekonomi China yang terpukul karena gelombang baru virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Hal ini menjadi baik bagi pasar minyak dunia sebab dapat meningkatkan permintaan.

Negeri Tirai Bambu tersebut adalah negara dengan total konsumsi minyak terbesar nomor 2 setelah Amerika Serikat dengan porsi 16% dari total konsumsi minyak pada 2021, menurut BP Statistical Review.

Harga minyak yang melambung tinggi di satu sisi dapat meningkatkan risiko inflasi yang terus melambung atau yang parah adalah terjadi stagflasi.

Stagflasi adalah keadaan di mana ekonomi suatu negara tidak bertumbuh dan tidak bergerak karena harga komoditas yang meningkat dan di sisi lain pengangguran meningkat. Ujung-ujungnya adalah krisis ekonomi.

Meskipun kebijakan moneter China yang longgar hanya berefek sesaat, secara fundamental pasar minyak dunia akan dipengaruhi oleh pemotongan produksi oleh OPEC+ yang akan memotong produksinya hingga 2 juta per barel. Terlebih lagi pasar minyak telah kekurangan investasi yang membuat produksi susah bangkit.

Investasi Energi FosilFoto: IEA
Investasi Energi Fosil

Sehingga masin ada potensi harga minyak dunia bergerak terus mendekati US$100 per barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Artikel Selanjutnya

Masih Pagi Harga Minyak Sudah Melesat, Tak Takut Resesi?


(ras/ras)

Adblock test (Why?)


'Kehancuran Permintaan' Mengusik Harga Minyak - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Cek Harga Pangan Hari Ini, Cabai Merah Keriting Naik Jadi Rp 52.800 Perkilo - TribunJakarta.com

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA -  Cek harga pangan di Jakarta pada hari ini, Senin (9/1/2023). Beberapa komoditas, memiliki harga yang stabil p...