Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melemah 4,16% pada pekan lalu. Harga batu bara diperkirakan terus melandai pada pekan ini meskipun masih bertahan di kisaran US$ 400 per ton.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (23/9/2022), harga batu bara kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 410,20 per ton. Harganya melandai 2,48%.
Pelemahan batu bara sebesar 4,16% pada pekan lalu adalah yang terdalam sejak pekan pertama Agustus di mana pasir hitam terperosok 14,5%. Sepanjang pekan lalu, harga batu lebih kerap menguat dan hanya melemah pada Kamis dan Jumat.
Dalam sebulan, harga batu bara masih menguat 1,28% sementara dalam setahun masih melesat 170,3%.
Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memperkirakan harga batu bara akan jatuh pada pekan ini.
"Kami melihat harga batu bara akan cenderung terkoreksi. Kemungkinan terkoreksi sangat kuat, tapi masih bisa bertahan di atas US$ 400 untuk minggu ini," tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.
Dia menambahkan salah satu faktor yang menyebabkan harga batu bara akan melandai adalah ancaman resesi. Jika ekonomi global memburuk maka permintaan batu bara akan terus turun sehingga harganya menyusut.
"Penurunan (harga) utamanya karena ekspektasi resesi yang semakin kuat yang menyebabkan harga harga komoditas secara umum terkoreksi termasuk juga harga energi lain seperti minyak menntah dan gas," ujar Zuhdi.
Seperti diketahui, sejumlah lembaga terus memprediksi jika ancaman resesi semakin nyata untuk beberapa negara. Amerika Serikat bahkan secara teknikal sudah memasuki resesi pada kuartal II-2022.
Bank Dunia, dua pekan lalu, juga mengingatkan jika tren kenaikan suku bunga di tingkat global bisa membawa dunia ke jurang resesi pada tahun depan.
Analis Wood Mackenzie memperkirakan harga batu bara dalam jangka menengah dan panjang akan tertekan. Lonjakan harga pasir hitam yang terjadi dalam tahun ini hanya sementara karena dampak perang serta embargo ke Rusia.
Mackenzie memperkirakan impor batu bara Eropa akan meningkat 14% atau 12 juta ton pada tahun ini setelah Rusia memangkas pasokan gas. Peningkatan ini membuat harga batu bara ikut melambung.
"Dalam jangka panjang, harga batu bara akan turun karena Eropa akan meningkatkan penggunaan energi ramah lingkungan. Kami tidak melihat adanya investasi besar-besaran di sektor batu bara ke depan," tutur Adam Woods dari Wood Mackenzie, dilansir dari website mereka.
Dilansir dari Reuters, pelaku bisnis batu bara yang hadir dalam acara Coaltrans di Bali pada pekan lalu juga memperkirakan harga batu bara yang tinggi seperti saat ini tidak akan bertahan hingga melewati 2023 atau 2024.
Mereka juga mengkhawatirkan mengenai sulitnya mencari pendanaan untuk pengembangan bisnis dan banyaknya aksi penolakan terhadap keberadan penambangan batu bara.
Melandainya harga batu bara juga disebabkan tercukupinya pasokan di negara-negara konsumen batu bara. Produksi batu bara China pada Januari-Agustus 2022 menembus 2,92 miliar ton atau meningkat 13% dibandingkan tahun sebelumnya.
India sebagai salah satu konsumen besar lain juga memiliki stok cukup untuk menghadapi perayaan Dilwali pada akhir Oktober mendatang. Impor batu bara India dari Rusia bahkan diperkirakan akan anjlok 30% pada September.
Produksi batu bara India diproyeksi meningkat 6,6% menjadi 864,8 juta ton pada tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Harga Batu Bara Diramal Masih Bertengger di US$ 400 Pekan Ini
(mae/mae)
Harap Bersabar! Harga Batu Bara Diramal Anjlok Pekan Ini - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment