Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu komoditas yang mengalami pergerakan harga cukup volatile pada tahun ini adalah minyak mentah. Naik-turunnya harga minyak mentah membuat kontraknya menjadi salah satu incaran para investor. Maklum, bagi para trader, semakin volatile sebuah kontrak, maka semakin atraktif pula prospeknya.
Salah satu indikasi tingginya minat trader terhadap kontrak minyak mentah adalah kenaikan transaksi atas produk tersebut.
Bursa Komoditi ICDX mencatat, transaksi minyak mentah mencapai 93.000 lot hingga pertengahan Desember. Angka tersebut, naik sebesar 173% jika dibandingkan dengan transaksi yang terjadi sepanjang tahun 2020 lalu.
Jika dilihat dari pergerakan harganya, minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menguat 79% sejak awal tahun dan menyentuh US$ 85,41/barel pada akhir Oktober lalu.
Menyambut tahun depan, analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf melihat fluktuasi harga minyak masih akan terjadi sehingga menjadikan kontrak ini masih atraktif.
Ia menilai, fundamental minyak saat ini masih banyak diselimuti ketidakpastian di pasar, terutama perkembangan seputar virus Covid-19, yang terus mengalami mutasi.
Baca Juga: Harga Fluktuatif, Transaksi Kontrak Minyak Tumbuh Signifikan
“Selama isu Covid-19 ini masih ada, sentimen masih rentan dan akan menentukan ke mana arah dana akan mengalir, apakah risk-off atau risk-on,” terang Alwi ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/12).
Selain itu, Alwi menyebut dampak ekonomi akibat Covid-19 ini menyebabkan terganggunya rantai pasokan, yang menyebabkan kelangkaan terhadap pasokan. Kedua hal tersebut yang menjadikan harga minyak semakin fluktuatif.
Sentimen lain yang patut dicermati adalah soal komitmen OPEC+ dalam pasokan global. Sejauh ini, OPEC+ masih tetap menambah pasokan secara bertahap, sehingga mengurangi kekhawatiran mengenai oversupply. Di satu sisi, data cadangan minyak AS versi EIA yang mengalami penurunan juga bisa jadi faktor pendorong harga minyak di tahun depan.
Namun, dia meyakini salah satu faktor yang mungkin bisa menghambat reli minyak adalah, jika virus covid-19 kembali mengalami mutasi dan ada varian baru.
Hal ini berpotensi memaksa negara-negara menerapkan pembatasan sosial, atau bahkan lockdown. Risiko ini dinilai bisa membuat prospek permintaan minyak mentah menjadi suram.
Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Dunia Jadi Simalakama bagi Pemerintah
“Lalu, faktor lain adalah ketika negara-negara konsumen minyak terbesar seperti Amerika Serikat, China, dan Jepang memutuskan untuk melakukan pelepasan cadangan minyak strategis,” tambahnya.
Adapun, untuk rentang pergerakan harga minyak di tahun depan, Alwi memproyeksikan akan berada di kisaran US$ 52 - US$ 100 per barel. Ia meyakini, ada potensi bullish selama harga dapat bertahan di atas US$ 52 per barel.
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
Harga Minyak Berpotensi Volatile Tahun Depan, Kontrak Minyak Masih Menjanjikan - Investasi Kontan
Read More