Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia berbalik menguat pada perdagangan Selasa (17/8/2021) hari ini, setelah sehari sebelumnya sempat melemah.
Pelemahan harga sebelumnya karena investor berekspektasi bahwa produsen utama tidak akan segera meningkatkan pasokan, meskipun kekhawatiran permintaan global yang lebih lemah di tengah lonjakan pandemi membatasi kenaikan.
Pada pagi hari ini pukul 11:00 WIB, harga kontrak Brent naik tipis 0,01% dibanding posisi penutupan kemarin ke US$ 69,52/barel. Di saat yang sama, kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) juga menguat tipis 0,06% ke US$ 67,33/barel.
|
Rebound terjadi setelah empat sumber mengatakan kepada Reuters bahwa OPEC dan sekutunya (OPEC+), termasuk Rusia, percaya pasar minyak tidak membutuhkan lebih banyak minyak daripada yang mereka rencanakan untuk dirilis dalam beberapa bulan mendatang, meskipun ada tekanan dari Amerika Serikat (AS) untuk menambah pasokan guna mengendalikan kenaikan harga minyak.
Pekan lalu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mendesak kelompok produsen untuk meningkatkan produksi minyak guna mengatasi kenaikan harga bensin yang mereka lihat sebagai ancaman bagi pemulihan ekonomi global.
"WTI sedang menguji garis support di sekitar level US$ 65 dan investor cenderung mencari harga murah setiap kali harga acuan mendekati level seperti yang telah kita lihat pada Senin kemarin dan pekan lalu," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd, dikutip dari Reuters.
"Pasar mengabaikan kenaikan produksi minyak serpih AS," tambahnya.
Produksi minyak serpih AS diperkirakan akan meningkat menjadi 8,1 juta barel per hari (bph) pada September tahun ini, tertinggi sejak Mei 2020, menurut laporan produktivitas pengeboran bulanan Energy Information Administration (EIA) pada Senin kemarin.
"Tetapi setiap kenaikan harga minyak kemungkinan akan terbatas karena lonjakan infeksi Covid-19 varian Delta di seluruh dunia memicu kekhawatiran atas perlambatan permintaan bahan bakar global," kata Tazawa, dilansir dari Reuters.
Kekhawatiran atas permintaan yang lebih lemah datang dari China, di mana negara importir minyak terbesar dunia tersebut tumbuh pada Senin kemarin, setelah pemrosesan minyak mentah harian negara itu turun ke level terendah sejak Mei 2020 pada bulan lalu.
Hal ini karena pabrik independen memangkas produksi di tengah kuota yang lebih ketat, inventaris yang tinggi, dan laba yang melemah.
Sementara dari data ekonomi China, output pabrik dan pertumbuhan penjualan ritel China juga melambat tajam dan meleset dari ekspektasi pasar pada Juli, karena wabah Covid-19 baru dan banjir mengganggu operasi bisnis, menambah tanda-tanda kehilangan momentum dari pemulihan ekonomi.
Di lain sisi, perusahaan hedge fund terpaksa menjual minyak bumi pada pekan lalu untuk keenam kalinya dalam delapan minggu terakhir karena infeksi virus corona yang bangkit kembali di China, Eropa, dan Amerika Utara dan mengurangi harapan dimulainya kembali penerbangan penumpang jarak jauh dengan cepat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(chd/chd)
Meski Tipis, Harga Minyak Berbalik Menguat! Ini Pemicunya - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment