Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali melandai. Pada perdagangan Kamis (15/9/2022), harga batu kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 438 per ton. Harganya turun 0,27% dibandingkan hari sebelumnya.
Melemahnya harga batu bara kemarin memutus tren positif pasir hitam yang sudah menguat sejak Selasa. Dalam sepekan, harga batu bara masih menguat 0,89% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara melonjak 6,7% sementara dalam setahun melesat 142,5%.
Meskipun terkoreksi kemarin, harga batu bara terbilang masih sangat tinggi. Koreksi harga terjadi karena sudah melambungnya harga batu bara dalam dua pekan terakhir.
Melandainya harga batu bara juga disebabkan sejumlah faktor mulai dari menurunnya harga gas, kebijakan pengetatan harga di China, serta keputusan pemerintah Indonesia untuk melarang pembangunan pembangkit listrik batu bara.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kemarin melandai 3,6% ke 214,28 euro per megawatt-jam (MWH). Harga gas melandai setelah melonjak 19,2% pada hari sebelumnya. Penurunan harga gas berimbas langsung ke harga batu bara karena batu bara adalah sumber energi alternatif.
Pergerakan harga gas masih sangat volatile dalam beberapa hari terakhir karena belum adanya kesepakatan di antara negara Uni Eropa mengenai upaya menekan harga gas.
Sejumlah proposal memang sudah diajukan tetapi kesepakatan belum diambil, terutama terkait pembatasan harga gas Rusia serta pembatasan konsumsi.
Sementara itu, Komisi Reformasi dan Pengembangan Nasional China (NDRC) kembali menegaskan agar perusahaan tambang dan trader mematuhi peraturan kontrak harga jangka menengah dan panjang. Mereka mengingatkan kepatuhan kontrak harus terjaga untuk memastikan harga tidak bergerak liar. Peringatan keras NDRC kembali digaungkan menjelang persiapan China memasuki musim dingin.
"Yang menolak untuk mengkoreksi harga setelah kami ingatkan akan kami lanjutkan prosesnya ke departemen supervise market untuk diinvestigasi dan mendapatkan hukuman," tulis NDRC,seperti dikutip dari S&P Global.
Harga batu bara acuan di Pelabuhan Qinhuangdao untuk 5.500 kcal/kg NAR ada di CNY 1.350/ton pada 14 September 2022. Padahal, merujuk daya NDRC, harga untuk kontrak jangka menengah dan panjang untuk batu bara 5.500 kcal/kg NAR adalah CNY 570-770/ton sementara untuk spot CNY 1.110/ton.
Melemahnya harga batu bara juga disebabkan sentiment yang datang dari Indonesia setelah Presiden Joko Widodo resmi melarang pembangunan pembangkit batu bara yang baru. Larangan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
"Pengembangan PLTU baru dilarang kecuali untuk: b. PLTU yang telah ditetapkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini; atau b. PLTU yang memenuhi persyaratan," terang ayat 4 Pasal 3 Perpres 112/2022 tersebut.
Pembatasan pembangkit listrik batu bara akan mengurangi permintaan pasir hitam di pasar domestik sehingga pasokan ekspor batu bara dari Indonesia diperkirakan akan bertambah. Indonesia adalah eksportir terbesar untuk batu bara thermal di dunia. Ekspor batu bara dari Indonesia menembus 318,75 juta ton pada 2021, atau 52% dari total produksi.
Meskipun melandai kemarin, harga batu bara diramal masih akan tinggi. Fitch Ratings merevisi ke atas forecast harga batu bara thermal untuk tahun ini dan 2023.
Harga batu bara kokas diperkirakan melandai tahun ini dan tahun depan.
Untuk Thermal coal (Australia Newcastle 6,000 kcal/kg, FOB), rata-rata harganya akan mencapai US$ 360 per ton pada tahun ini, naik dari US$ 270 ton pada perkiraan sebelumnya.
Sementara itu, rata-rata harga pada 2023 diperkirakan ada di US$ 240 per ton, naik dari perkiraan sebelumnya yang ada di US$ 120 per ton.
Rata-rata harga untuk jenis hard coking coal (Australia premium spot, FOB), rata-rata harganya diperkirakan mencapai US$ 370 per ton, lebih rendah dibandingkan forecast sebelumnya yakni US$ 400. Harga batu bara kokas akan melandai ke US$ 200 pada 2023, tidak berubah dari perkiraan Fitch sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Gak Ada Matinya, Batu Bara Masih pepet US$ 400/Ton
(mae/mae)
Gegara China dan Indonesia, Harga Batu Bara Jadi Turun - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment