Jakarta, CNBC Indonesia - Laju harga batu bara melandai setelah berlari kencang dalam tiga hari. Pada perdagangan Rabu (27/7/2022), harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 424,1 per ton. Harga batu bara melandai 3,61% dibandingkan penutupan pada Jumat pekan sebelumnya.
Pelemahan tersebut menahan laju harga batu bara yang melonjak 17,2% sejak Jumat pekan lalu hingga Selasa pekan ini. Melemahnya harga batu bara juga membuat pasir hitam gagal mencetak rekor harga baru. Padahal, pada Selasa kemarin, harga batu bara sempat menyentuh US$ 440 per ton, hanya berselisih US$ 6 dari rekor tertingginya di posisi US$ 446 pada 2 Maret 2022.
Secara keseluruhan, harga batu bara masih melesat 11% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga naik 12,8% sementara dalam setahun masih melesat 183,4%.
Melandainya harga batu bara kemarin juga memperpanjang tren tahun ini yakni harga pasir hitam jatuh secara signifikan begitu mendekati rekor baru. Pelaku pasar langsung melakukan aksi profit taking begitu harga batu bara membumbung tinggi.
Pada pertengahan Mei 2022, harga batu bara sempat melambung dan menyentuh US$ US$ 421,5 pada 20 Mei 2022 tetapi kemudian amblas 1,94%. Pada awal Juli 222, harga batu bara juga kembali melambung hingga ke titik US$ 438,40 tetapi langsung melandai 2,2%.
Cerita sama terulang pekan ini di mana harga batu bara yang nyaris mencetak rekor baru langsung terjun bebas. Padahal, faktor utama dari kenaikan harga batu bara yakni persoalan gas di Eropa masih berlanjut.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) naik 2,7% dan menembus UER 205,2 per megawatt-jam. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 9 Maret 2022. Harga gas alam sudah naik 59% sebulan.
Selain aksi profit taking, melemahanya harga batu bara disebabkan oleh perkiraan pasokan serta melandainya impor dari India. Dilansir dari Montel News, data DBX menunjukkan pasokan batu bara akan meningkat menjadi 81 juta ton pada Juli, naik 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, pasokan masih 12% lebih rendah dibandingkan Juni. Pasokan meningkat karena Indonesia dan Australia sebagai eksportir utama diperkirakan akan menaikkan pengiriman.
Inventori batu bara di pelabuhan Eropa juga melonjak karena derasnya pengiriman pasir hitam ke kawasan tersebut. Inventori di pelabuhan barat laut Eropa, termasuk Rotterdam, mencapai 6,98 juta ton. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Oktober 2019.
Melemahnya harga batu bara juga disebabkan oleh proyeksi melandainya permintaan dari India. Pelaku industri kelistrikan India telah menyurati Menteri Pertambangan India Pralhad Joshi untuk tidak memaksa produsen listrik di negara tersebut mengimpor batu bara sebesar 10% untuk mencampur batu bara domestik. Pasalnya, produksi batu bara India sudah meningkat tajam.
Pada periode April-Juni atau kuartal I tahun fiskal 2022/2023, produksi batu bara India sudah meningkat 31% menjadi 156 juta ton.
Sebagai catatan, menyusul krisis listrik pada Mei lalu, pemerintah telah mewajibkan produsen untuk mengimpor batu bara sebagai syarat untuk mendapatkan pasokan batu bara lokal. Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan pasokan batu bara aman sehingga krisis tidak terulang. Jika mereka tidak melakukan impor maka jatah pasokan batu bara lokal akan terus dikurangi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Harga Komoditas Ini Terbang 9,26%, Indonesia Makin Kaya Nih!
(mae/mae)
Nggak Jadi Rekor, Batu Bara Malah Tekor! Harga Ambles 3%... - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment