Rechercher dans ce blog

Monday, December 13, 2021

Amerika Berniat Turunkan Harga Minyak, eh.. Malah Melesat! - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) berencana melepas cadangan minyak strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR) miliknya minggu ini. Tujuannya adalah menurunkan harga minyak mentah yang tinggi.

Meski ada kabar tersebut, harga minyak mentah justru meroket pekan lalu. Minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat lebih dari 8% ke US$ 71,67/barel, sekaligus menghentikan penurunan dalam 7 pekan beruntun. Begitu juga dengan minyak jenis Brent yang melesat 7,5% ke US$ 75,15/barel.  

Kementerian Energi AS akan menjual 18 juta barel minyak mentah dari (SPR) pada 17 Desember. 


Penjualan ini adalah langkah pertama dari rencana melepas 50 juta barel yang diumumkan Washington bulan lalu. Sisanya akan dirilis beberapa bulan mendatang melalui bursa, yang harus dikembalikan ke SPR dengan bunga.

AS merangkul negara-negara konsumen lainnya seperti China, India, dan Korea Selatan. Ketiganya bukan merupakan anggota OPEC.

Mengacu data Administrasi Informasi Energi (EIA), AS dan kelompoknya memproduksi minyak mentah 15,76 juta barel per hari (Mb/d). Jumlah ini setara 20,37% produksi dunia. Sementara OPEC memproduksi 28,87 Mb/d, sama dengan 37,32% produksi dunia.

Pertukaran pertama dengan EXXon Mbil Corp, perusahaan minyak terbesar AS, dengan 4,8 juta barel, kata departemen itu.

"Ketika DOE bergerak maju dengan penjualan, permintaan pertukaran akan terus diterima dari pihak yang berkepentingan dan disetujui sebagaimana mestinya untuk mengatasi gangguan pasokan," kata departemen itu.

"Rilis (cadangan minyak) hanya akan memberikan perbaikan jangka pendek untuk defisit struktural dan akan menciptakan risiko kenaikan yang jelas untuk perkiraan harga 2022 kami," tulis Goldman Sachs.

Masalah yang lebih fundamental adalah investasi di produksi minyak yang terhambat oleh kekhawatiran lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) dan kekhawatiran tentang pemanasan global.

Bank sebagai sumber pendanaan pun memberikan pinjaman dengan bunga lebih tinggi untuk minyak dibandingkan proyek energi hijau.

"Kerusakan investor akibat kehancuran modal produsen minyak selama tujuh tahun terakhir kini diperparah dengan alokasi (dana ke) ESG," kata Goldman.

AS dan OPEC+ sendiri sempat "berseteru" mengenai kenaikan produksi. AS menilai OPEC+ dapat menekan harga minyak dunia dengan menaikkan produksi,

OPEC+ tidak setuju dengan alasan jumlah produksi saat ini akan membuat pasar minyak mentah surplus tahun depan.

AS memiliki kepentingan menekan harga bensin akibat melonjaknya harga minyak dunia. Harga bensin yang tinggi membuat inflasi AS menjadi sangat tinggi dan membuat ekonomi panas.

"Presiden dengan tepat percaya bahwa orang Amerika layak mendapatkan bantuan sekarang dan telah mengizinkan penggunaan SPR untuk menanggapi ketidakseimbangan pasar dan mengurangi biaya bagi konsumen," kata Menteri Energi Jennifer Granholm.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]

(ras/ras)

Adblock test (Why?)


Amerika Berniat Turunkan Harga Minyak, eh.. Malah Melesat! - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Cek Harga Pangan Hari Ini, Cabai Merah Keriting Naik Jadi Rp 52.800 Perkilo - TribunJakarta.com

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA -  Cek harga pangan di Jakarta pada hari ini, Senin (9/1/2023). Beberapa komoditas, memiliki harga yang stabil p...