Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) naik tajam di pekan ini, bahkan diramal masih akan tetap tinggi hingga Juni nanti. Kabar baik datang dari segala penjuru bagi minyak nabati ini, mulai dari ekspor yang menanjak hingga pertumbuhan ekonomi negara konsumen terbesar yang diproyeksikan lebih tinggi dari prediksi sebelumnya.
Melansir data Refinitiv, harga minyak CPO di bursa derivatif Malaysia untuk kontrak Juli melesat 4,56% ke 3.716 ringgit per ton sepanjang pekan ini.
Beberapa perusahaan surveyor kargo sudah merilis data ekspornya Kamis lalu. Ekspor minyak sawit diperkirakan tembus 585 ribu ton hingga pertengahan bulan April ini.
Dimulai dari Intertek Testing Service (ITS), ekspor minyak sawit Malaysia tercatat naik 15,4% (mom) pada periode 1-15 April dibandingkan dengan periode yang sama sebelumnya menjadi 585.280 ton.
Sementara itu menurut Societe Generale de Surveilance ekspor pada periode tersebut hanya naik 6,3% (mom). Namun secara angka tak terlalu jauh dengan rilis data ITS. Ekspor minyak sawit Malaysia tercatat sebesar 583.875 ton. Terakhir ada AmSpec Agri yang mengestimasi ekspor naik 13,1% (mom) menjadi 585.510 ton.
Sementara itu, China, salah satu konsumen CPO terbesar di dunia melaporkan data produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2020 Jumat lalu.
Biro Statistik China melaporkan PDB tumbuh 18,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) di 3 bulan pertama tahun ini. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda pada tiga bulan pertama 2021 tumbuh 19% YoY.
Meski lebih rendah dari proyeksi, tetapi angka 18,3% tetap menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan pertumbuhan ekonomi di China. Bahkan lebih tinggi dibandingkan pada dekade 2000-an, kala China mulai menarik perhatian dunia dengan pertumbuhan ekonomi dua digit hampir setiap kuartalnya.
Selain itu, Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) merilis World Economic Outlook edisi April merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi. Dalam laporan tersebut, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 6%, dibandingkan dengan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu yang sebesar 5,5%.
PDB China juga diprediksi naik menjadi 8,4% sepanjang tahun ini, dari sebelumnya 8,1%. Kemudian India, yang juga konsumen CPO terbesar PDB-nya diprediksi melesat 12,5% sepanjang tahun ini, lebih tinggi 1 poin persentase ketimbang proyeksi bulan Januari.
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, permintaan CPO juga berpotensi tetap tinggi.
Selain itu, hingga Juni nanti harga CPO diprediksi masih akan tetap tinggi. Hal tersebut diungkapkan Menteri Perdagangan M Lutfi, lantaran ada gangguan dari panen kacang kedelai dunia.
"Jadi Brasil masalahnya luar biasa karena panen jelek dan basah karena el nina dan juga terjadi mogok massal di Argentina," ungkap Lutfi dalam konferensi pers, Jumat (16/4).
"Perbedaan harga CPO dan minyak kedelai yang lebih dari US$120 menyebabkan harga CPO tinggi, ini fenomena dunia. Saya lihat ini tidak akan melandai sampai Juni 2021," terang Lutfi.
Sebelumnya, MIDF Research juga mengatakan hal yang Senada. Harga CPO kemungkinan akan bertahan di level RM 3.000 pada semester pertama tahun ini karena antisipasi ketatnya pasokan serta harga yang menarik dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, sebagaimana dilansir Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
Kabar Baik dari Segala Penjuru, Harga CPO Meroket 4,5%! Market - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment