Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bensin di AS diperkirakan akan kembali naik lebih tinggi karena OPEC dan Rusia mengumumkan pengurangan produksi, menambah tekanan inflasi di tengah terbatasnya tanda-tanda pendinginan pada kondisi pasar tenaga kerja.
Sejak dua pekan terakhir, harga bensin di AS akhirnya naik setelah mengalami penurunan sekitar 100 hari. Hal ini menambah beban baru yang dirasakan konsumen yang telah dan masih bergulat melawan inflasi tinggi selama lebih dari setahun.
Pemeliharaan di pabrik pembuat bahan bakar, tingginya permintaan dan pasokan bahan bakar yang ketat telah berkontribusi pada reli kenaikan harga bensin. Hari ini, harga bensin satu galon (3,78 liter) jenis reguler secara nasional di AS mencapai US$ 3,91, berdasarkan situs American Automobile Association (AAA) yang mengutip data Oil Price Information Service (OPIS).
Dengan asumsi kurs Rp 15.300 per dolar AS, harga bensin di Negeri Paman Sam itu sekitar Rp 59.823 per galon. Ini setara sekitar Rp 15.826 per liter, lebih tinggi dari harga Pertamax Rp 14.950 per liter.
Harga hari ini naik 0,15% dari kemarin, 3% dari minggu lalu dan masih 20% lebih tinggi dari posisi satu tahun lalu.
Keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin Rusia untuk memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari pekan lalu akan semakin meningkatkan harga bensin di AS, kata para analis. Gedung Putih murka dengan keputusan kartel minyak yang dipimpin oleh Arab Saudi secara de facto dan menyebut keputusan itu picik, sembari menegaskan akan mengeksplorasi langkah-langkah untuk melindungi konsumen AS.
Meski demikian, analis memperkirakan harga bensin tidak akan terbang tinggi dan mencapai lebih dari US$ 5 dolar seperti yang terjadi pada bulan Juni. Hal ini dikarenakan permintaan lazimnya menyusut selama musim dingin.
Kenaikan harga bensin terjadi beberapa minggu sebelum pemilihan umum midterm AS yang akan berlangsung bulan November. Pemerintahan Biden telah menjadikan upaya untuk mengurangi biaya energi konsumen sebagai prioritas dan telah mengeluarkan jutaan barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR), meminta perusahaan minyak untuk memproduksi lebih banyak bahan bakar dan, dalam beberapa hari terakhir, mengisyaratkan dapat membatasi ekspor produk minyak olahan.
Kenaikan harga bensin di AS memperkeruh potensi penurunan tingkat inflasi secara cepat dan jika tidak terkendali akan membuat posisi The Fed tetapi hawkish. The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada dua siklus lagi tahun ini, dan mendorong Federal Fund Rate tembus 4% tahun ini. Hal ini menjadi berita buruk bagi ekonomi global, dengan bank sentral dunia lainnya ikut menaikkan suku bunga acuannya dan berpotensi mendorong ekonomi global ke jurang resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
10 Negara Dengan Harga BBM Termurah, Bensin Cuma 300 Perak!
(fsd)
RI Lebih Murah, Harga Bensin di AS Tembus Rp 15.800/Liter - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment