Jakarta, CNBC Indonesia - Suramnya perekonomian China membuat batu bara kesulitan dari tren negatifnya. Pada perdagangan Senin (10/10/2022), harga batu kontrak November di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 380 per ton. Harganya melandai tipis 0,04% dibandingkan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (7/10/2022).
Pelemahan harga batu bara pada perdagangan kemarin memperpanjang tren negatif batu bara yang sudah berkutat di zona merah sejak Jumat pekan lalu. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara ambruk 6,4%.
Dalam sepekan, harga batu bara juga amblas 7,9% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara ambles 11,8 sementara dalam setahun masih melesat 47,6%.
Batu bara melemah tipis akibat muramnya perekonomian China selama Golden Week. Periode libur panjang selama sepekan tersebut biasanya menjadi masa puncak konsumsi dan perjalanan di Negara Tirai Bambu. Namun, anomali terjadi pada tahun ini.
Dilansir dari CNN, konsumsi masyarakat selama Golden Week 2022 adalah yang terendah dalam tujuh tahun terakhir. Pengeluaran turis pada Golden Week anjlok 26% (year on year/yoy) ke CNY 287,2 miliar (US$ 40,4 miliar).
Ambruknya konsumsi pada liburan Golden Week tahun ini disebabkan oleh dampak panjang dari kebijakan ketat zero Covid-19 dalam penanganan Covid-19.
Melambatnya ekonomi China berimbas besar kepada permintaan batu bara dari negara tersebut. China adalah konsumen terbesar batu bara di dunia sehingga perlambatan permintaan akan berdampak besar ke harga global.
Dilansir dari Argus Media, pengiriman batu bara Amerika Serikat (AS) ke China sudah melandai sejak Agustus. China secara total mengimpor batu bara sebanyak 3,17 juta ton pada Agustus atau turun 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor dari AS hanya mencapai 139,162 ton pada Agustus, anjlok 88,8% (yoy).
Melandainya harga batu bara juga disebabkan oleh anjloknya harga gas. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) anjlok 1,34% kemarin ke 154,12 euro per megawatt-jam (MWH). Harga tersebut adalah yang terendah sejak Juli 2022. Harga gas semakin turun karena storage gas di Eropa rata-rata sudah mencapai 90,1%.
Ancaman resesi yang makin kencang juga membuat permintaan batu bara melambat. Sejumlah lembaga terus mengingatkan ancaman resesi di AS. Terakhir, adalah CEO JPMorgan Jamie Dimon. Dia memperkirakan AS akan jatuh ke jurang resesi dalam 6-9 bulan ke depan atau pada 2023. AS tidak hanya mengalami perlambatan ekonomi ringan tetapi mengarah ke kondisi yang serius.
Dimon menjelaskan lonjakan inflasi, dampak perang Rusia-Ukraina, serta tren kenaikan suku bunga akan memicu inflasi dalam skala yang luas.
"(Faktor-faktor) Ini sangat..sangat... sangat serius karena bisa menekan ekonomi dunia dan AS. Eropa akan resesi dan itu akan menekan AS ke dalam resesi dalam 6-9 bulan ke depan dari sekarang," tutur Dimon, kepada CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Gak Ada Matinya, Batu Bara Masih pepet US$ 400/Ton
(mae/mae)
Duh China! Harga Batu Bara Jeblok 11% Dalam Sebulan - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment