TEMPO.CO, Jakarta -Nilai tukar atau kurs mata uang merupakan salah satu indikator kekuatan ekonomi sebuah negara.
Menurut Paramadina Public Policy Institute, negara yang memiliki mata uang lebih tinggi akan memiliki produk ekspor yang lebih mahal dan akan menerima harga produk impor dengan lebih murah, begitu pula sebaliknya.
Misalnya, Amerika Serikat atau AS yang memiliki nilai mata uang lebih tinggi daripada Indonesia mampu mengekspor barang dengan harga lebih mahal apabila nilainya ditukarkan ke mata uang rupiah. Sementara itu, Amerika mampu membeli barang impor dari Indonesia dengan harga lebih murah.
Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
Saat ini, dollar AS masih merajai pasar global meskipun beberapa ahli memprediksi bahwa China akan menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia. Namun, sampai dengan tahun 2021, catatan Tempo menunjukkan bahwa 60 persen cadangan mata uang asing dunia masih didominasi oleh dollar AS.
Sebagai mata uang global, nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS kerap kali mengalami fluktuasi atau naik-turun.
Catatan Tempo menunjukkan pada 8 Agustus 2022, nilai tukar rupiah berada di level Rp 14.875 per dolar AS. Nilai tukar ini sempat menguat sampai Rp 14.828 per dolar AS pada 25 Agustus 2022 sebelum akhirnya melemah kembali pada level Rp 14.895 per dolar AS pada 2 September 2022.
Penumpang berada di dalam angkutan kota di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Ahad, 4 September 2022. Sejumlah sopir angkutan kota di kawasan tersebut meminta kepada pemerintah untuk segera membuat regulasi penyesuaian tarif angkutan umum seiring kenaikan harga BBM. ANTARA/Aprillio Akbar
Pada dasarnya, perlu diketahui bahwa naik-turun nilai tukar suatu mata uang merupakan hal yang biasa. Merujuk laman Investopedia, secara umum, setidaknya terdapat tiga sebab fluktuasi nilai tukar mata uang.
- Perbedaan Angka Inflasi
Negara dengan tingkat inflasi yang konsisten rendah sering kali diikuti oleh penguatan atau peningkatan mata uang yang dimiliki. Alhasil, negara tersebut memiliki daya beli yang relatif meningkat dibanding mata uang lain.
- Perbedaan Suku Bunga
Pada dasarnya, suku bunga, inflasi, dan nilai tukar merupakan tiga bahasan yang saling berkaitan. Dalam hal ini, suku bunga yang tinggi mampu menawarkan keuntungan bagi pemberi pinjaman yang relatif lebih tinggi pula daripada negara-negara lain. Dengan begitu, suku bunga tinggi akan menarik modal asing dan mendongkrak nilai tukar mata uang.
- Sentimen Politik dan Kondisi Ekonomi Global
Secara langsung maupun tidak langsung, kekacauan politik ataupun ketegangan geopolitik, seperti perang Rusia dan Ukraina, mampu mempengaruhi nilai tukar suatu mata uang. Pasalnya, Investopedia menyebut bahwa umumnya investor asing cenderung memilih negara dengan kondisi politik yang stabil dan kinerja ekonomi yang kuat untuk menanamkan modalnya.
Secara umum, ketiga penyebab itulah yang menyebabkan naik-turun kurs mata uang rupiah di Indonesia. Sampai dengan kemarin, 3 September 2022, nilai tukar rupiah masih berkisar Rp 14.897 per dolar AS.
ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Baca :
Penyebab Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah di Agustus: Ikut Pengaruhi Harga BBM Naik - Bisnis Tempo.co
Read More
No comments:
Post a Comment