Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen masih menguat pada Agustus 2022. Namun, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengingatkan ada hal yang harus diwaspadai, karena bisa memengaruhi keyakinan konsumen ke depan. Hal tersebut adalah peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM).
Seperti kita ketahui, pada akhir pekan lalu, pemerintah mengerek harga BBM jenis pertalite, yaitu dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.
Kemudian, harga BBM solar bersubsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Sedangkan harga Pertamax non subsidi juga naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.
Menurut perhitungan Josua, naiknya harga BBM tersebut akan mengerek inflasi pada akhir tahun 2022 menjadi di kisaran 6% yoy hingga 7% yoy, atau cukup jauh dari batas atas yang ditetapkan BI sebesar 4% secara tahunan atau year on year (yoy).
Baca Juga: Kenaikan Harga BBM Jadi Sentimen Negatif Keyakinan Konsumen
"Perkembangan tingkat harga secara umum akan memengaruhi keyakinan konsumen, dengan inflasi pada tingkat tersebut tentu akan berpengaruh negatif terhadap keyakinan konsumen ke depan," jelas Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (8/9).
Pasalnya, peningkatan inflasi ini juga akan berdampak langsung kepada daya beli masyarakat. Untuk itu, Josua pun meminta pemerintah untuk pro aktif dalam menekan laju inflasi.
BIla memang menahan inflasi pada dampak pertama (first round impact) tidak terlalu memungkinkan, maka pemerintah bisa berperan dalam menurunkan dampak lanjutan (second round impact) dari peningkatan harga BBM ini, yaitu dengan menjaga harga-harga barang yang mungkin terkena dampaknya, seperti transportasi dan harga-harga lainnya.
Josua mengambil contoh, pemerintah bisa memberikan insentif terhadap transportasi umum. Bisa dengan peningkatan harga BBM masyarakat beralih ke transportasi umum, maka dampaknya tidak akan terlalu terasa secara penuh karena ada insentif di sektor ini.
Baca Juga: Perbankan Berlomba-lomba Cari Strategi Genjot Dana Murah
Selain itu, pemerintah juga bisa mengatur harga pangan untuk mengurangi beban inflasi yang dipikul pemerintah. Hal ini dengan cara mengatur distribusi pangan agar lebih efisien sehingga nantinya inflasi pangan tidak meroket.
Dengan terjaganya inflasi, diharapkan keyakinan masyarakat masih tetap terjaga dan tidak akan jatuh ke jurang pesimistis, atau indeks di bawah 100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
Kenaikan Harga BBM Bisa Tekan Keyakinan Konsumen, Ini yang Bisa Dilakukan Pemerintah - Internasional Kontan
Read More
No comments:
Post a Comment