Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara langsung menanjak di awal pekan. Pada perdagangan Senin (26//9/2022), harga batu bara kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 422,9 per ton. Harganya menanjak 3,1%.
Penguatan kemarin memutus tren negatif harga batu bara yang ambruk pada Kamis dan Jumat pekan lalu. Dalam sepekan, harga batu bara masih melandai 1,2% secara point-to-point. Dalam sebulan, harga batu bara masih naik 1,8% sementara dalam setahun masih melesat 101,5%.
Menanjaknya harga batu bara disebabkan kembali meningkatnya permintaan, terutama dari Eropa. Pembangkit listrik Jerman RWE, kemarin, mengumumkan jika mereka akan mengoperasikan tiga pembangkit batu bara mereka. Ketiga pembangkit tengah dalam masa persiapan sebelum beroperasi pada bulan depan.
Total kapasitas listrik yang dihasilkan oleh ketiga pembangkit tersebut mencapai 899 megawatt (MW). Jerman setidaknya membutuhkan listrik maksimum hingga 80 gigawatt (GW) untuk memastikan pasokan listrik selama musim dingin terpenuhi.
Ernie Thrasher, CEO Xcoal Energy and Resources, mengatakan harga batu bara tetap meningkat di tengah isu resesi karena ketatnya pasokan global.
Menurutnya, produsen batu bara tidak mampu mengimbangi permintaan yang melonjak setelah perang Rusia-Ukraina serta sanksi Eropa atas batu bara Rusia.
"Faktor fundamental dari kenaikan harga batu bara kuartal III dan IV pada 2021 masih ada sehingga ketika ada perang dan sanksi, harga batu bara meroket tajam," tutur Thrasher, seperti dikutip dari Mining.com.
Xcoal memperkirakan ada gap antara pasokan dan permintaan sebesar 96 juta ton pada tahun ini. Thrasher mengingatkan lonjakan harga batu bara dan meningkatnya permintaan terjadi di tengah perlambatan ekonomi China yang merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia.
"Jika ekonomi China kembali meningkat maka tekanan terhadap pasokan akan meningkat. Siapa yang mampu memasok 96 juta ton?," ujarnya.
Tharsher mengingatkan resesi ekonomi mungkin akan memperlambat pertumbuhan ekonomi tetapi besarnya permintaan membuat harga batu bara tetap tinggi.
"Jika ekonomi dunia melambat 5% tetapi ada gap pasokan 10% maka harga tetap tinggi," imbuhnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Gak Ada Matinya, Batu Bara Masih pepet US$ 400/Ton
(mae/luc)
Kembali Bertenaga, Harga Batu Bara Naik 3% di Awal Pekan - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment