Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu kembali melemah. Pada perdagangan Kamis (14/7/2022), harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 410,75 per ton. Harga batu bara ambles 4,22% dibandingkan hari sebelumnya.
Pelemahan tersebut memperpanjang tren negatif harga batu bara selama dua hari terakhir. Pada Rabu pekan ini, harga batu bara juga anjlok 2,18%.
Secara keseluruhan, harga batu bara melemah 0,45% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara masih melesat 24,2% sementara dalam setahun terbang 184,7%.
Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh masih melemahnya permintaan dari China serta beroperasinya kembali jalur kereta di New South Wales, Australia setelah sempat ditutup karena terjangan banjir.
Impor batu bara China mencapai 18,98 juta ton pada Juni tahun ini, anjlok 33% (year on year) dan 4,5% (month to month). Impor batu bara China pada Januari-Juni atau semester I 2022 mencapai 115 juta ton atau merosot 17,5%.
"Saat ini, China tidak membeli batu bara dalam jumlah besar," tutur analis batu bara asal Rusia, seperti dikutip dari Montel News.
Masih landainya permintaan dari China merupakan dampak panjang dari lockdown di sejumlah wilayah pada April-Mei lalu.
Di tengah masih lesunya permintaan dari China, Beijing memberikan pengumuman mengejutkan. Mereka tengah mengkaji akan mengimpor kembali batu bara dari Australia.
Petinggi China dilaporkan sudah mengajukan proposal kajian tersebut dan akan segera diputuskan. Kajian dilakukan karena ketegangan hubungan kedua negara mulai mereda serta keperluan menambah pasokan batu bara.
Sebagai catatan, pada Oktober 2020, China mengumumkan larangan impor batu bara dari Australia. Larangan impor akan dilakukan secara bertahap.
Kebijakan itu dikeluarkan setelah Australia melarang Huawei membangun jaringan 5G di negara tersebut serta sikap Melbourne yang mendukung seruan untuk penyelidikan internasional tentang penanganan virus corona (Covid-19) di China.
China merupakan salah satu pasar terbesar batu bara bagi Australia. Pada Januari-Agustus 2020 atau sebelum pengumuman larangan impor, Australia mengirim batu bara sebanyak 31,6 juta ton metalurgi dan 38,6 juta ton batu bara thermal.
Australia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk batu bara metalurgi dan nomor kedua terbesar untuk batu bara thermal.
Dalam dua pekan terakhir ekspor Australia terganggu oleh terjangan banjir. Namun, gangguan tersebut sudah mulai teratasi setelah jalur kereta di negara bagian New South Wales beroperasi kembali kemarin.
Jalur kereta yang menghubungkan pertambangan di lembah Hunter, New South Wales dan pelabuhan Newcastle sempat ditutup sejak 5-13 Juli 2022 karena terendam banjir.
Kondisi tersebut mengganggu aktivitas bongkar muat dan pengiriman batu bara dari Australia. Antrian kapal yang hendak bongkar muat bahkan sudah meningkat menjadi 42 pada pekan lalu dari 32 kapal pada 4 Juli 2022.
Kendati harga batu bara melemah, batu hitam masih berpotensi kuat untuk melambung kembali. Pasalnya, sejumlah negara diperkirakan akan meningkatkan pemesanan sehingga pasokan kembali ketat.
Pembangkit listrik Jepang JERA akan menghidupkan pembangkit batu bara mereka bulan depan. Jerman, Italia, dan negara Eropa lain juga tengah mengejar pasokan setelah pasokan gas dari Rusia dipangkas.
"Pasar internasional batu bara sangat ketat. Terbatasnya pasokan tidak mampu mengimbangi besarnya permintaan dari Asia. Eropa juga akan menghidupkan kembali pembangkit batu bara mereka sehingga meningkatkan persaingan untuk mendapatkan pasokan," tutur ANZ, seperti dikutip dari S&P Global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Gaskeun! Harga Batu Bara Naik Hampir 15% dalam Sepekan
(mae/vap)
China-Australia Mau Baikan, Harga Batu Bara Ambles 4% Lebih.. - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment