Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah anjlok merespon pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) Jerome Powell tentang kemungkinan resesi ekonomi global.
Pada Rabu (22/6/2022) pukul 16.50 WIB harga timah dunia tercatat US$ 28.075/ton, turun 3,37% dibandingkan harga penutupan sebelumnya.
Harga timah telah turun sebesar 42% secara point-to-point sejak menyentuh harga tertinggi pada Maret 2022 di US$ 48.650/ton. Saat ini posisi harga timah pun berada di level terendah sejak Mei 2021. Ini karena kekhawatiran resesi ekonomi akan melemahkan permintaan timah global.
Ketua bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa resesi itu ada. Komitmen Powell adalah menurunkan inflasi ke 2% bahkan jika itu kemudian menimbulkan risiko perlambatan ekonomi.
"Kami tidak mencoba memprovokasi, dan saya tidak berpikir kami perlu memprovokasi, resesi," kata Powell pada sidang di hadapan Komite Perbankan Senat AS. Meskipun ia mengakui bahwa resesi "tentu saja merupakan kemungkinan" dan peristiwa dalam beberapa bulan terakhir di seluruh dunia telah mempersulit penurunan inflasi tanpa mempengaruhi laju ekonomi.
Menurut analis SMM, kekhawatiran resesi timbul setelah bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) mengatakan "bahasa melawan inflasi yang paling hawkish hingga saat ini". Serta komitmen untuk memulihkan stabilitas harga adalah "tak bersyarat".
Sementara, China melaporkan 135 kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) pada 22 Juni, naik dari kemarin sejumlah 126 kasus. Diantaranya, sebanyak 87 orang tidak menunjukkan gejala.
Kasus di kota Beijing dan Shanghai juga meningkat. Beijing melaporkan tiga kasus baru. Sementara Shanghai melaporkan sembilan kasus baru, naik dari kemarin sebanyak empat kasus.
Tambahan kasus di China membuat investor khawatir Pemerintah setempat kembali memberlakukan lockdown yang dapat menekan permintaan tembaga. Saat permintaan turun, harga mengikuti.
"Logam dasar tetap tertekan oleh prospek permintaan yang menantang terkait dengan penguncian COVID-19 China dan pengetatan kebijakan moneter yang meningkatkan kekhawatiran resesi atas trade-off antara inflasi dan pertumbuhan," tulis Standard Chartered dalam sebuah catatan.
"Kami mengharapkan kompleks logam dasar untuk terus mengambil isyarat dari perkembangan makro, pergerakan USD, pergerakan pasar eksternal dan tren selera risiko."
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Produksi Diramal Dunia Pulih Tahun Ini, Harga Timah Melemah
(ras)
Hanya Dalam Kurun 2 Bulan, Harga Timah Anjlok 42% - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment