Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melonjak sepanjang pekan ini berkat reli kenaikan selama 4 hari beruntun, di tengah mulai meredanya kekhawatiran pasar soal galur baru Covid-19 Omicron.
Menurut data Refinitiv, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) melesat 7,76% dalam sepekan ke posisi US$ 163,25/ton. Terakhir kali batu bara berada di atas level US$ 160/ton adalah pada 26 November lalu.
Foto: Refinitiv
Harga Batu Bara dalam 6 Bulan |
Harga batu bara juga ditopang oleh perbaikan ekonomi China yang ditunjukkan oleh rilis PMI Manufaktur China dan inflasi produsen (PPI) yang membaik.
Hal ini akan semakin mendorong konsumsi batu bara sebagai energi pembangkit listrik.
Pasokan batu bara di pembangkit listrik juga memadai. Per 24 November 2021, stok batu bara di pembangkit listrik mencapai 147 juta ton.
China adalah konsumen batu bara terbesar di dunia. Jadi kala konsumsi China naik, harga batu bara bakal melonjak.
Selain itu, kekhawatiran soal Omicron tampaknya mulai mereda setelah ada sejumlah kabar baik soal varian anyar Covid-19 selama sepekan ini.
Menurut Badan Kesehatan Keamanan Inggris (UKHSA), misalnya, data terkini dari sejumlah penelitian menunjukkan pemberian booster vaksin bisa membantu manusia mengurangi gejala berat akibat virus Covid-19 varian omicron. Perlindungan yang diberikan booster vaksin mencapai 70% - 75% dalam melawan omicron.
"Estimasi awal ini harus diperhatikan dengan hati-hati. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa seseorang berisiko lebih besar tertular varian omicron dibanding delta, beberapa bulan setelah mendapat suntikan vaksin dosis kedua," kata Kepala Imunisasi di UKHSA Dr. Mary Ramsay dikutip dari CNBC Internasional Minggu (12/12/2021).
Sejauh ini, riset terkait efektivitas vaksin melawan varian omicron yang sudah menunjukkan hasil awal adalah penelitian menggunakan vaksin AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech. Dalam riset tersebut, 581 orang yang terkonfirmasi tertular Covid-19 varian omicron menjadi objek penelitian.
Hasil sementara penelitian terhadap ratusan orang itu menunjukkan, suntikan vaksin AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech dosis lengkap memberikan tingkat perlindungan yang jauh lebih rendah bagi manusia dalam melawan infeksi bergejala akibat omicron. Rendahnya tingkat perlindungan didapat dibandingkan efektivitas vaksin melawan gejala berat akibat varian delta.
Akan tetapi, perlindungan seseorang dari gejala berat akibat omicron bisa meningkat hingga 70% jika mendapat suntikan tambahan vaksin Pfizer. Tingkat kekebalan tersebut mencapai 75% apabila diberikan kepada orang yang sebelumnya mendapat dosis lengkap vaksin Pfizer.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sendiri mengungkapkan bahwa strategi vaksinasi merupakan kunci untuk melawan penularan Omicron di dunia. Takeshi Kasai, direktur Pasifik barat WHO, mengatakan bahwa strategi ini jauh lebih penting dibandingkan menutup perbatasan.
"Orang tidak boleh hanya mengandalkan tindakan perbatasan. Yang paling penting adalah mempersiapkan varian ini dengan potensi penularan yang tinggi. Sejauh ini informasi yang tersedia menunjukkan bahwa kita tidak perlu mengubah pendekatan kita," ujarnya.
WHO diketahui juga sudah memutuskan memasukkan Omicron dalam Variant of Concern atau VoC (varian yang mengkhawatirkan). Varian ini dilaporkan memiliki lebih banyak strain atau mutasi daripada varian yang sudah ada yakni Alpha, Beta dan Delta. Ada 32 mutasi protein lonjakan dari varian tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(adf/adf)
Cuan Gede! Harga Batu Bara Melejit Hingga 8% Pekan Ini - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment