Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia sedang menurun dalam 2 hari terakhir jelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed).
Perhatian memang tertuju ke bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut, sebab akan berdampak signifikan ke harga emas.
The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia, dan hampir pasti akan mengungkapkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Tapering pernah terjadi pada tahun 2013 dan membuat harga emas masuk ke tren bearish (penurunan harga dalam waktu yang lama).
Pada 3 Desember 2015 titik terendah yang dicapai yakni US$ 1.045,85/troy ons, level tersebut merupakan yang terlemah sejak Februari 2010.
Berkaca dari pergerakan tersebut, pelaku pasar tentunya was-was emas akan merosot lagi. Pada perdagangan hari ini, Rabu (3/11), pukul 15:28 WIB, harga emas turun 0,3% ke US%$ 1.782/troy ons.
Meski punya pengalaman buruk dengan tapering, kondisi saat ini berbeda dengan tahun 2013, sebab ada inflasi tinggi di berbagai negara yang bisa menjaga kinerja emas. Selain itu, para analis melihat harga emas saat ini sudah menakar terjadinya tapering.
Hanya saja, masih belum diketahui seberapa agresif tapering akan dilakukan. Pasar melihat saat ini The Fed akan mengurangi QE sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 120 miliar per bulan. Sehingga perlu waktu 8 bulan hingga QE menjadi nol alias selesai.
Jika The Fed agresif dalam melakukan tapering, dan mengindikasikan akan menaikkan suku bunga di tahun depan emas berisiko merosot.
Namun, Carsten Fritsch, analis komoditas di Commerzbank, mengatakan hal itu tidak akan terjadi, dan emas berpeluang melesat.
"Saya memperkirakan The Fed akan mengumumkan mulai melakukan tapering, tetapi saya tidak melihat mereka akan memberikan waktu spesifik kapan akan menaikkan suku bunga," kata Fritsch sebagaimana diwartakan CNBC International.
"Itu akan menimbulkan kekecewaan di pelaku pasar yang mengharapkan sesuatu yang lebih spesifik yang akan membuat emas menuju US$ 1.800/troy ons lagi," tambahnya.
Sementara itu, Robert Minter, direktur strategi investasi di abrdn (sebelumnya bernama Aberdeen Standard Investment) mengatakan harga emas saat ini seharusanya berada di dekat US$ 1.900/troy ons, bukan US$ 1.800/troy ons.
"Jika anda melihat yield (imbal hasil obligasi) riil saat ini, emas seharusnya berada di dekat US$ 1.900/troy ons bukan US$ 1.800/troy ons. Harga emas saat ini sedang murah bagi kami," kata Minter sebagaimana dilansir Kitco, Selasa (2/11).
Minter melihat, meski The Fed mengetatkan kebijakan moneternya, masalah disrupsi rantai pasokan tidak akan selesai, dan inflasi masih akan tinggi.
Emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Sehingga ketika inflasi tinggi, permintaannya akan meningkat.
"Hanya masalah waktu para investor akan kembali ke emas sebagai lindung nilai kekayaannya," kata Minter.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
Jelang Tapering, Ramalan Harga Emas 'Terbang' Bermunculan - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment