Jakarta, CNBC Indonesia - Masa depan harga emas dunia dinilai lumayan cerah seiring dengan mulai bagusnya sentimen yang menyertainya. Bahkan harga emas dunia diprediksi bakal menembus titik penahan atas di level US$ 1.826/troy ons dalam waktu dekat.
Hal itu diungkapkan Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, yang memperkirakan harga emas bisa menguji titik resistance (batas penahan atas) di US$ 1.826/troy ons. Penembusan di titik ini akan membawa harga naik naik ke arah US$ 1.841/troy ons.
"Harga logam ini sudah mulai stabil di kisaran US$ 1.808/troy ons. Ini menandakan tren penurunan sudah berbalik," sebut Wang dalam risetnya, dikutip Kamis (2/9/2021).
Data Kitco mencatat, pada perdagangan Rabu malam pukul 23.00 WIB, harga emas di pasar spot dunia diperdagangkan di level US$ 1.815/troy ons, naik 1% dari posisi sebelumnya.
Namun menurut Wang, harga emas akan 'berlayar' di tiga gelombang. 'Ombak' ini lumayan ganas karena bisa membuat harga terombang-ambing lumayan signifikan.
Tiga gelombang tersebut, tambah Wang, bisa dengan cepat membawa harga emas naik ke US$ 1.856/troy ons. Namun ketika harga menembus ke bawah titik support (batas tahanan bawah) US$ 1.808, maka harganya bisa jatuh ke US$ 1,797 /troy ons.
"Melihat grafik pergerakan harga harian, akan ada tiga gelombang yang kurang lebih sama panjangnya. Saat ini kita sedang berada di gelombang C, yang kemungkinan membawa harga emas naik sampai ke US$ 1.916/troy ons.
Foto: Analisis Teknikal Emas 1 September 2021
Analisis Teknikal Emas 1 September 2021 |
"Setelah harga menyentuh US$ 1.916,4/troy ons, maka ada risiko koreksi dengan titik support di US$ 1.828/troy ons. Namun sepertinya koreksi tidak akan terlalu dalam, mungkin hanya sampai ke US% 1.862/troy ons," terang Wang.
Pada perdagangan Rabu pagi kemarin pukul 06.00 WIB, harga emas dunia bergerak naik di US$ 1.813,56/troy ons, mengutip catatan Reifinitiv. Harga emas ini naik tipis hampir flat 0,01% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sepanjang Agustus 2021, harga emas terpantau datar saja. Terjadi koreksi, tetapi sangat tipis yaitu 0,001% secara point-to-point.
Ramalan Paulson
Investor legendaris, hedge fund, sekaligus triliuner dunia John Alfred Paulson, memperkirakan harga emas saat ini berada dalam tren naik alias bullish akibat tekanan tingkat inflasi yang tinggi.
Berbicara di Bloomberg TV, Paulson bahkan merekomendasikan membeli emas untuk saat ini. Paulson dikenal sebagai manajer hedge fund miliarder Amerika Serikat. Dia memimpin Paulson & Co., perusahaan manajemen investasi yang berbasis di New York yang dia dirikan pada 1994.
"Saat inflasi meningkat, investasi yang logis adalah emas," kata Paulson.
Inflasi di AS saat ini memang sedang tinggi-tingginya. Sebab itu, Paulson mengatakan inflasi tersebut sebagai permulaan dan masih akan menanjak lagi. Negara-negara lain yang menerapkan kebijakan moneter ultra longgar juga berpotensi mengalami kenaikan inflasi.
Saat itu terjadi, maka emas akan diuntungkan. Paulson juga mengatakan pada tahun 1970-an, harga emas meroket akibat inflasi yang mencapai 2 digit.
Berdasarkan data Refinitiv di akhir 1969 harga emas berada di kisaran US$ 35/troy ons, kemudian sepanjang 1970 terus mengalami kenaikan hingga mencapai puncaknya pada 18 Januari 1980 di US$ 835/troy ons yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa selama 27 tahun.
Foto: Harga emas dunia 1970-1980
Harga emas dunia 1970-1980 |
Sepanjang tren kenaikan tersebut, harga emas dunia meroket nyaris 2.300%.
Sementara itu dalam beberapa pekan terakhir, isu tapering (pengurangan pembelian aset oleh bank sentral AS, The Fed) sebelumnya membuat harga emas kesulitan untuk menguat.
Sebab itu, simposium Jackson Hole di AS pada Jumat pekan lalu (27/8) pun menjadi perhatian pelaku pasar, sebab ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering akan dilakukan.
Benar saja, Powell memberikan petunjuk. Tapering akan dilakukan sebelum akhir tahun ini. Tetapi, harga emas bukannya merosot malah meroket. Sebabnya, Powell menegaskan setelah tapering dilakukan, bukan berarti suku bunga akan dinaikkan.
"Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial," kata Powell dalam pertemuan Jackson Hole, dikutip CNBC International.
Alhasil, meski tapering dilakukan di tahun ini, tetapi harga emas masih mampu menanjak, sebab suku bunga rendah 0,25% kemungkinan masih akan ditahan dalam waktu yang lama.
Selain QE (quantitative easing) lewat tapering, suku bunga rendah merupakan salah satu penopang kenaikan harga emas. The Fed sebelumnya memproyeksikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
'Kutukan' Harga Emas & 'Ombak' Ganas yang Siap Menerjang! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment