Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menjalani reli selama berhari-hari, akhirnya harga batu bara turun juga. Perjuangan untuk membuat rekor baru semakin berat.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 147.5/ton. Anjlok 3,44% dibandingkan hari sebelumnya.
Harga batu bara sempat naik selama enam hari perdagangan beruntun. Dalam enam hari tersebut, kenaikannya mencapai 4,12%.
Namun walau sudah naik enam hari berturut-turut, harga belum bisa menyentuh rekor tertinggi sejak 2008 yaitu US$ 153,7/ton yang dicapai pada 19 Juli 2021. Koreksi yang kembali terjadi membuat upaya untuk mencatatkan rekor baru semakin berat.
 |
Well, masa depan batu bara sendiri memang kurang cerah. Berbagai lembaga keuangan sudah mengurang porsi pembiayaan pembangunan pembangkit listrik bertenaga batu bara karena dinilai tidak ramah lingkungan.
Teranyar, Reuters mengabarkan bahwa Prudential, Citi, HSBC, dan BlackRock Real Assets berupaya mempercepat skema pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) supaya bisa segera selesai. Ini dilakukan untuk mengurangi porsi pembiayaan PLTU yang banyak meninggalkan jejak karbon.
Rencananya, pembiayaan akan dibatasi hanya selama 15 tahun. Ini untuk memberi waktu agar para pekerja PLTU bisa pensiun dulu atau mencari pekerjaan di tempat lain.
"Kalau Anda bisa secara bertahap menggantikan pembangkit listrik itu, tidak dilakukan dalam semalam, maka akan ada waktu untuk mengembangkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan," kata Donald Kanak, Chairman Prudential Insurance Growth Market, kepada Reuters.
Dalam waktu dekat memang masih sulit untuk menggantikan batu bara. International Energy Agency memperkirakan permintaan batu bara tahun ini naik 4,5%. Sebanyak 80% kenaikan permintaan itu disumbang oleh negara-negara Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Mayday, Mayday! Harga Batu Bara 'Jatuh' 3% Lebih - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment