Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas tembaga akhirnya melampaui US$ 10.000 per ton pada Kamis (29/4) untuk pertama kalinya sejak Februari 2011 atau 10 tahun terakhir. Hal ini didongkrak adanya permintaan yang kuat dari China dan dolar yang lemah, seperti dikutip dari AFP.
Selama ini tembaga banyak dipakai oleh industri, dan menjadi indikator membaiknya ekonomi dunia. Harga tembaga telah naik lebih dari seperempat sejak awal 2021 karena ekonomi global mulai ada tanda-tanda keluar dari pandemi Covid-19 meski di beberapa negara kasus Covid-19 masih tinggi seperti di India.
Pada 13.15 GMT, Kamis (29/4) di London Metal Exchange (LME), harga tembaga tercatat US$ 9.963 per ton, tergelincir dari rekor tertinggi yang hampir melampaui level tertinggi yang pernah terjadi pada 15 Februari 2011 yaitu US$ 10.190 per ton.
Pada Maret 2020 harga tembaga malah pernah drop hanya US$ 4.371 per ton akibat pandemi memberikan pukulan besar bagi perekonomian di banyak negara.
Analis Commerzbank Daniel Briesemann mengatakan harga tembaga yang lebih tinggi masih bisa berlanjut karena tembaga akan memainkan peran utama dalam strategi dekarbonisasi jangka panjang.
Sementara itu analis lain dari Marex Spectron Anna Stablum mengatakan penguatan harga tembaga ini "didukung oleh pelemahan dolar".
Dolar tergelincir 2,5% terhadap sekeranjang mata uang di bulan April, karena pembeli dengan mata uang lain yang meningkat terhadap greenback.
Sedangkan Neil Wilson dari Markets.com berpendapat kenaikan harga tembaga ini akibat dari kenaikan permintaan, terutama dari pasar China yang menyedot lebih dari setengah produksi tembaga di dunia, dan juga ada masalah pasokan dari pemasok tembaga global terutama dari Chili.
[Gambas:Video CNBC]
(hoi/hoi)
Rekor! Harga Tembaga Sentuh Angka Tertinggi Sejak 10 Tahun 9 menit yang lalu - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment