Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali menyentuh level psikologis US$ 90/ton. Si batu legam naik 2% kemarin dan kini harganya tembus US$ 90,5 per ton. Dalam sepekan ini, harga batu bara naik 6%.
Sejak minggu kedua bulan April, harga batu bara hanya berfluktuasi di sekitar US$ 85 - US$ 90 per ton. Harga batu bara sempat hampir tembus US$ 100 per ton pada akhir Maret lalu. Namun setelah itu ada tren pembalikan harga hingga dua pekan beruntun.
Ada beberapa katalis positif yang membuat harga batu bara melambung minggu ini. Pertama adalah ramalan salah satu lembaga keuangan regional Asia.
Asian Development Bank (ADB) dalam laporan terbarunya memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia bakal mencapai 7,3% tahun ini. Lebih tinggi dari estimasinya di bulan Desember lalu yang hanya 6,8%.
Revisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia ini dipicu oleh masifnya program vaksinasi di kawasan Asia dan diuntungkan juga dengan adanya momentum pemulihan ekonomi global.
Asia merupakan pasar batu bara terbesar di dunia. Perbaikan aktivitas ekonomi diharapkan turut mendongkrak permintaan energi salah satunya adalah batu bara.
Kedua adalah aktivitas penambangan batu bara di China yang terganggu di saat ekonominya terusbergeliat.
Argus Media melaporkan Provinsi Shanxi sebagai penghasil batu bara terbesar kedua di China telah menghentikan operasi di empat tambang karena melanggar aturan keselamatan.
Hal ini dapat mengurangi pasokan batu bara dalam negeri China. Operasi di tambang dihentikan setelah administrasi darurat Shanxi melakukan pemeriksaan keamanan di 24 tambang lokal selama 11-21 April. Administrasi mengidentifikasi 384 pelanggaran peraturan keselamatan dan mengenakan sanksi berupa denda senilai U$ 608.000.
Di saat ekonomi China diprediksi bakal tumbuh dengan laju di atas 8% tahun ini dan membutuhkan banyak energi,pasokannya malah berkurang. Konsumsi batu bara China diramal akan tetap kuat. Di kuartal kedua tahun ini konsumsi listrik China diprediksi naik 9% (yoy) dibanding tahun lalu.
China Electricity Council (CEC) memperkirakan konsumsi listrik tahun ini naik 7-8% dibanding tahun 2020. Pada Februari lalu CEC meramal konsumsi listrik naik 6-7%. Namun setelahnya konsumsi listrik diramal naik lebih tinggi di angka 7-8%.
Lebih lanjut CEC mengatakan pertumbuhan konsumsi listrik bisa melebihi 8% tahun ini jika suhu musim panas yang tinggi mempengaruhi sebagian besar negara untuk waktu yang lama yang secara signifikan akan meningkatkan permintaan pendingin udara.
Disebutkan juga bahwa peningkatan tahunan pada paruh kedua tahun 2021 akan lebih rendah dari pada semester pertama, karena basis yang relatif rendah pada awal tahun 2020 akibat dampak Covid-19.
Kenaikan konsumsi listrik China tentu saja akan ikut mengerek permintaan batu bara terutama jenis termal yang banyak disuplai oleh Indonesia. Di saat China dan Australia juga masih bersitegang, jelas ini menjadi katalis positif bagi sektor tambang batu bara RI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(twg/twg)
Harga Batu Bara Demen Banget Bolak-balik US$ 85-90/ton! Market - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment